Hakikat Kebersamaan

Lihatlah sebuah lukisan yang tergantung di sudut sebuah ruangan. Apakah gerangan yang membuatnya menarik ? Ya, paduan warna-warni yang menjadikannya sedap dipandang. Sapuan kuas sang pelukis pada kanvas telah mengumpulkan warna-warna yang berbeda beraneka ragam dalam sebuah kebersamaan yang serasi dan harmonis.

Kemudian lihatlah bangunan tua di simpang jalan. Apakah gerangan yang membuatnya berdiri kokoh dan gagah? Ya, tumpukan bata yang terekat dengan semen dan pasir yang menyangganya untuk berdiri. Batu-batu bata dan aneka materi bangunan disusun sedemikian rupa dalam sebuah kebersamaan hingga membentuk sebuah bangunan yang kuat dan kokoh.

Dari lukisan itu kita belajar bahwa kebersamaan adalah sebuah keindahan. Bahwa kebersamaan bukanlah keseragaman yang meniadakan perbedaan dan menjadikan segala sesuatunya menjadi sama tetapi berarti menerima perbedaan, menghargainya dan kemudian merangkainya sehingga yang satu menjadi pelengkap bagi yang lainnya. Keseragaman adalah monoton dan membosankan. Sedangkan keberagaman dengan kebersamaan adalah dinamis, menarik dan, tentu saja, indah.

Dari bangunan tua kita belajar bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Karena kebersamaan mengumpulkan potensi-potensi yang terserak kemudian memadukannya hingga menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat. Sebuah batu bata tak memiliki daya dalam kesendiriannya, namun rangkaian batu bata bisa menjadi sebuah benteng yang kokoh pelindung dari serangan musuh. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Tetapi kebersamaan adalah juga keterikatan. Sebuah keterikatan yang didasarkan pada pemahaman akan alasan mengapa kita harus bersama. Bisa jadi karena tujuan yang sama, kepentingan yang sama, kesenangan yang sama, latar belakang yang sama, atau kesamaan-kesamaan yang lainnya. Namun tanpa itu semua, ada satu hal yang lebih dari cukup bagi kita untuk dijadikan alasan mewujudkan kebersamaan, yaitu karena kita berdiri di atas bumi yang sama, di bawah matahari yang sama, dan karena kita adalah makhluk Tuhan yang tak berbeda di hadapanNya kecuali amal kebajikannya. Cukuplah ini menjadi pengikat diantara kita.

Kebersamaan adalah kesabaran. Karena sabar yang akan menuntun setiap kita untuk dapat menerima dan memahami perbedaan. Dengannya mereka yang tua menjadi sabar membimbing yang muda dengan gejolaknya yang menggebu pun sebaliknya mereka yang muda sabar dengan kelemahan fisik yang tua. Mereka yang kuat lagi cepat menjadi sabar menolong dan menunggu ketertinggalan mereka yang lambat dan lemah demikian pula yang lemah dan lambat bersabar dalam kepemimpinan mereka yang kuat. Yang melihat menjadi mata bagi yang buta, yang mendengar menjadi telinga bagi yang tuli dan yang berbicara menjadi lisan bagi yang bisu.

Kebersamaan juga berarti keikhlasan karena ia tidak lagi berbicara mengenai “aku” melainkan “kita”. Dalam kebersamaan, kepentingan individu berganti dengan kepentingan komunal. Tujuan individu berada di bawah dan harus diselaraskan dengan tujuan bersama. Untuk itu diperlukan keikhlasan setiap kita untuk melenyapkan ego pribadi sehingga tak ada lagi yang lebih penting bagi kita selain kebersamaan itu sendiri. Laksana kayu bakar yang menjadi abu demi membaranya api. Ia korbankan eksistensi dirinya untuk satu kepentingan memberikan cahaya yang terang benderang.

Bersyukurlah karena Tuhan telah ciptakan kita berbeda. Kemudian bersabarlah dan ikhlaslah. Karena dengan perbedaan itu kita dapat merasakan indahnya kebersamaan. Karena perbedaan itu kita menjadi kuat dalam menghadapi hidup. Hidup ini terlalu besar untuk dihadapi sendirian. Dan kita terlalu kecil lagi lemah untuk menghadapi hidup dalam kesendirian.



Ujung Timur Tebet
23 Juni 2009, 23:30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar