Benar-benar Percaya

Ujung timur tebet, 29 Desember 2020

Belakangan. Aku mulai ragu soal kebenaran. Dari apa-apa yang tersaji di hadapan. Kata teman, kebenaran hanya milik Tuhan. Sedang Tuhan saja kadang diperdebatkan. Lantas bagaimana kalau datangnya dari ucapan lisan, tulisan koran, atau ocehan si fulan.

Meragukan. Katanya jangan lihat siapa yang mengatakan, tapi apa yang dikatakan. Bualan. Sejatinya kata jadi benar karena percaya. Terutama, kepercayaan pada si fulan yang berucap. Tanpa percaya kata berlalu ditiup angin.

Kepercayaan. Ini yang hilang belakangan. Hinggi sinis menyelimuti pikiran. Terlalu banyak citra yang ditampilkan. Namun ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Perlakuan yang dirasa tak sejalan dengan ucapan.

Arogan. Mungkin orang sudah bosan. Tampilan mu sudah terlalu kusam, kawan. Kau tidak perlu teori untuk jadi sandaran. Tidak perlu berteriak lebih lantang. Tidak perlu ratusan, ribuan, bahkan jutaan pembela untuk bertahan. Apalagi memaksa dan memenjarakan yang berseberangan.

Karena benar bukan sekedar selera. Untuk benar, butuh dipercaya.


Minggu di hari rabu



Ujung timur tebet, 9 Desember 2020

Kalo bukan karena nafsu
Mereka-mereka yang beradu
Berebut suara
Tentu minggu
Tidak akan datang lebih dulu
Setelah selasa
Jauh sebelum sabtu
Kalau bukan karena pesta mereka
Tak akan ada pesta untuk aku
Di tengah minggu
Di hari rabu
Buatku
Bukan soal bebas bersuara
Dan bukan soal perayaan pemenang
Suaraku tak diundang
Jagoanku tak bertanding
Maka jadilah aku
Menikmati pestaku
Sendiri di sini
Diantara pagi dan petang
Kopi kiriman teman
Lagu tempo dulu
Buku bacaan
Hiburan untuk pikiran
Obrolan tongkrongan
Tentang masa lalu
Yang bukan milikku
Waktu yang tak memburu
Semua berpadu
Jadi satu
Pada rabu berasa minggu