Benar-benar Baik

Mina, 12 Dzulhijjah 1444

Katanya, dulu haji punya pengaruh besar bagi negeri ini melalui mereka yang pulang dari melaksanakannya. Katanya, semangat persatuan memperjuangkan kemerdekaan muncul dari mereka para hujjaj. Muhammadiyah yang turut andil dalam kebangkitan bangsa lahir dari seorang haji yang mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Tak terkira pula peran KH Hasyim Asy'ari, seorang kyai haji, melalui Nahdhatul Ulama dalam proses kemerdekaan. Sebutlah lagi tokoh-tokoh bangsa yang lain: Buya Hamka, Agus Salim, Tjokroaminoto, semuanya adalah seorang haji.

Memang, begitulah haji seharusnya punya dampak positif, bukan hanya buat yang melaksanakan tapi juga buat sekitarnya. Karena haji sejatinya adalah proses transformasi. Karena haji sejatinya menginspirasi. Karena haji sejatinya membebaskan. Oleh sebab itu, mereka yang berhaji, sepulangnya dari tanah suci ruhnya akan bergelora dengan semangat untuk selalu berbuat kebaikan. Kepalanya dipenuhi pikiran untuk menciptakan karya-karya kebaikan nan penuh manfaat. Dirinya terbebas dari belenggu yang menahannya untuk berbuat kebaikan. Tidak ada yang lahir dari seorang haji selain kebaikan, dan hanya kebaikan, bagi dirinya maupun orang lain.

Begitulah haji yang benar. Dia tidak hanya ditandai oleh ditunaikannya seluruh rangkaian agenda perjalanan di tanah suci. Dia tidak juga dikukuhkan dengan sekedar menyematkan gelar haji di depan nama atau dijadikan nama panggilan. Bagi mereka yang benar-benar berhaji, sekedar melaksanakan tidaklah cukup, sekedar gelar tidaklah penting. Karena selesai melaksanakan tidak berarti apapun. Karena gelar tidak membuktikan apapun. Haji yang benar dibuktikan dari perubahan pada diri menjadi lebih baik. Dikukuhkan dengan karya-karya kebaikan. Dan diabadikan dengan manfaat besar yang dirasakan oleh sekitarnya.

Maka percumalah berhaji berkali-kali kalau tak punya bekas pada akhlaknya, pada pikiran dan perbuatan. Tetap tidur pulas ketika tetangga merasa lapar. Larut dalam panjang ibadah namun tetap berlaku jahat. Terang-terangan atau sembunyi menyuka maksiat. Doanya selalu tentang dirinya tak ingat orang lain. Maunya menang sendiri, tak ada manfaat dibagi dan dirasa. Iri, dengki, sombong masih menghias hati.

Haji, jika benar, mungkin cukup sekali saja.  Namun selepasnya menjadi indah akhlak yang mengerjakannya. Menjadi jernih pikirannya. Baik budinya kepada sesama. Peka hatinya pada lingkungan sekitarnya. Kuat ikhtiarnya mengekang hafa nafsunya untuk bermaksiat. Bermanfaat bagi sekitarnya. Rendah hati, ikhlas, dan sabar memenuhi hatinya.

Begitulah seharusnya haji. Maka berdoalah agar Allaah jadikan kita haji yang benar. Haji yang menjadikan kita diri yang lebih baik, yang senantiasa menghantarkan kebaikan, agar banyak orang dapat merasakan kebaikan.

Ya Allaah, cintailah kami karena menjadi orang-orang yang berbuat kebaikan. Jadikan kami orang-orang yang diingat manusia karena kebaikan yang kami buat.