Tanya kenapa??


Ujung timur tebet, 28 Agustus 2019

Kenapa. Kenapa selalu sulit menjawab pertanyaan berawal dengan kata tanya kenapa. Apakah karena kita tidak biasa berpikir argumentatif dan eksploratif dan lebih terbiasa untuk deskriptif dan naratif. Mungkin karena kita jarang diajari tentang sebab dan lebih sering melompat pada akibat. Atau karena kenapa adalah kata yang disiapkan khusus untuk filosof sementara otak kita hanya cukup mengenal kata apa, siapa, bagaimana, dimana dan kapan.

Padahal kenapa yang akan memberi arti. Tapi dia yang paling sering kita lewati. Mungkin karena kita tak butuh arti. Karena kita lebih peduli presentasi daripada isi.

Padahal kenapa bertaut dengan kata hati. Tapi seringkali kita berlagak tuli. Atau mungkin hati begitu kotor sehingga tak mampu bicara lagi.

Padahal kenapa bertalian dengan niat yang menentukan kita akan kemana. Surga atau neraka. Mungkin surga atau neraka tidak semenarik dan semenakutkan dunia.

Ah, sulit sekali!

Sepertinya sedikit sekali aku menghabiskan waktu untuk berpikir, bertanya dan menjawab setiap kenapa dalam hidup. Namun kemudian akhirnya waktuku habis untuk sesuatu yang tak berguna dan baru tersadar untuk bertanya kenapa.

Kenapa habiskan 6 tahun belajar fisika dan biologi, 3 tahun belajar kimia saat sekolah kalau akhirnya jadi tukang ketik di kantor.

Kenapa habiskan waktu belajar matematika integral dan diferensial kalau akhirnya tambah dan kurang ternyata sudah cukup.

Kenapa habiskan waktu belajar sejarah menghafal nama, tahun, tempat bahkan nama latin manusia prasejarah yang sulit diucap kalau tak ada kebijaksanaan yang didapat.

Kenapa sekolah tinggi-tinggi ke luar negeri? Kenapa bangun pagi dan terburu-buru kerja tiap hari? Kenapa kawin dan beranak?

Jangan sampai yang terakhir itu juga termasuk waktu yang terbuang sia-sia.

Hari ini sepertinya aku harus mulai mengajukan pertanyaan kenapa dan menjawabnya. Tapi kenapa juga harus begitu? Karena itu penting. Kenapa itu penting? Karena ???

Ah, kenapa juga aku harus menulis tulisan ini sejak awal.

Kenapa???

Malam


Ujung timur tebet, 25 Agustus 2019

Tidurlah sayang
Malam telah datang
Jangan lupa gosok gigi
Cuci kaki dan juga hati
Agar nyenyak dan tenang

Ucapkan doa pada Tuhan
Atas bahagia hari ini
Semoga dia terbawa mimpi
Bangunlah esok pagi
Dengan wajah yang berseri

Tidurlah yang tenang
Hingga fajar menjelang
Tak perlu takut
Gelap malam tak pernah jahat
Peluklah ia bagai sahabat

Selimut malam
Selamat malam
Berikan kehangatan
Belai kelembutan
Nikmati kesepian
Dalam lelap kesendirian




Gendut, tua dan jelek


Ujung timur tebet, 21 Agustus 2019

Aku jelek ya?
Katamu berulang
Aku mengingat kapan kau terlihat tidak cantik

Aku gendut ya?
Katamu lagi
Aku mengingat sejak kapan aku mulai terganggu dengan ukuran badan

Aku kelihatan tua ya?
Katamu kemudian
Aku mengingat kapan keriput di wajahmu mulai mengusikku

Aku gak menarik lagi ya?
Katamu kecewa
Aku mengingat kapan aku pernah memalingkan wajahku darimu

Ah, aku tak perlu menjawab pertanyaan itu
Karena aku tak ingat pernah memilihmu karena parasmu
Karena ukuran baju
Karena usia yang pasti bertambah
Karena ada tidaknya keriput di wajah
Atau karena lekuk tubuh yang indah

Tidak percaya ya
Masih perlu jawaban
Baiklah
Kamu memang gendut, tua, jelek dan tidak menarik
Tapi aku rasa aku memang orang aneh yang jatuh cinta dengan perempuan gendut, tua, jelek dan tidak menarik.

Dan sudilah kau juga mencintai laki-laki buncit, tua, jelek dan tidak menarik


Memotret waktu



Ujung timur tebet, 20 Agustus 2019

Waktu tidak pernah berhenti menunggu. Ia akan berjalan dan terus melaju. Tidak ada yang tahu kemana waktu akan menuju. Tetapi semua mengerti bahwa ia tidak akan berpaling kepada yang telah lalu.

Saat waktu begitu bergegas pergi, ia tinggalkan kenangan aneka rasa dalam hati dan membuat semua menjadi lebih berarti. Kadang ia menggores jejak pada bersenti dinding bangunan megah yang pernah tiada tanding. Kadang ia menulis cerita pada berjengkal tanah yang termaktub dalam berlembar catatan sejarah. Dan kita mengumpulkannya dalam album foto, rekaman video atau kisah pengantar tidur.

Kita memang begitu senang menghabiskan waktu untuk merekam apa yang waktu tinggalkan. Melawat ke berbagai penjuru dunia. Berdecak kagum atas kejayaan masa dahulu yang telah Tuhan pergilirkan di antara umat manusia. Namun sedikit sekali mengambil hikmah atas itu. Mendaki puncak-puncak dunia. Terpesona dengan fajar yang merona. Terpana dengan temaram senja. Namun sedikit berpikir tentang ayat-ayat Tuhan yang berserak pada keduanya.

Kita yang tercecer hari ini, saat waktu tak bersisa lagi, tidak pernah benar-benar menyadari dan menahami apa yang sedang terjadi. Namun kemudian menangisi semua yang terlewati. Kita tenggelam dalam kenangan atau sibuk membuat kenangan. Padahal kenangan pasti mengecewakan. Seindah apapun ia. Andai lebih lama, lebih cepat, lebih besar, lebih kecil, lebih banyak, lebih sedikit. Demikianlah kekecewaan selalu memayungi kenangan.

Demi waktu yang berjalan, kita dalam kerugian. Kecuali bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk hari esok. Memang kita harus berhenti mencatat dan memotret kenangan dan mulai menulis dan menggambar masa depan.




Bapak bilang

Ujung timur tebet, 17 agustus 2019

Bapak pernah bilang
Negara ini negara besar
Bukan karena banyaknya gedung tinggi menjulang
Atau tumpahnya orang cerdik lagi pintar
Tapi karena kita pernah punya sebelas orang yang ditakuti di asia
Berbaju merah dengan burung garuda di bagian dada
Bagi bapak
besar negara ini tergantung dari lihainya kita mengolah bola
Bagi bapak
bola adalah harga diri
Kebanggaan dan kehormatan
Patriotisme dan nasionalisme
Kebahagiaan dan kesejahteraan
Bapak tak pernah putus harapan
Pada tiap pertandingan
Bahwa kita akan mengangkat piala kemenangan
Walau tiap kali tertimpa kekecewaan
Begitu cepat bapak memaafkan
Mungkin juga melupakan
Sedihnya kekalahan
Dan kembali bersorak dengan ikhlas mendukung tim kesayangan
Di usia yang tak lagi muda
Bapak cuma punya impian sederhana
Bukan melihat kita jadi juara dunia
Tapi sekedar tak lagi kalah dari negara tetangga



Lalu

Ujung timur tebet, 4 agustus 2019

Laluku tidak pernah benar-benar berlalu
Sesekali dia menghampiriku
Dalam wujud yang tak tentu
Dalam rasa malu
Dalam pilu

Laluku tidak pernah benar-benar pergi
Sepertinya dia tinggal disini
Menyatu dalam diriku hari ini
Dalam benak
Dalam tindak

Orang bilang biarkan ia berlalu
Tapi tak mau ia kusuruh pergi
Sudah kupaksa berbilang waktu
Tapi semakin keras ia berdiri

Orang bilang berdamailah dengannya
Aku bertanya bagaimanakah caranya
Pasrah menyerah kalah
Dan membiarkannya berkuasa

Ah, lalu
Bagaimana aku mengenalmu dulu
Andai kita tak pernah bertemu

Dan kini
Bisakah kau berdiri sendiri
Berjanji tak menjadi lalu esok hari


Janji

Ujung timur tebet, 2 agustus 2019

Selamat pagi bidadariku
Aku pergi dulu
Maafkan aku terburu-buru
Hanya sekejap memelukmu
Dan menciummu
Tak sempat menikmati roti dan susu buatanmu
Aku benar benar tak ada waktu
Karena tuanku sudah menunggu
Aku takut akan membuatnya menggerutu
Kemudian mengusirku
Kau tahu aku hanya seorang babu
Kehendakku tidak lagi laku
Bukan aku yang memilih begitu
Tapi sabarlah sayangku
Ini semua demi kamu

Selamat siang sayang
Ingin sekali rasanya pulang
Menemanimu makan siang
Berbincang santai di teras belakang
Makan es krim atau goreng pisang
Atau tidur hingga sore menjelang
Tapi aku masih harus menggigit kekang
Perintah tuanku masih terdengar lantang
Matanya masih tajam memandang
Tak berani aku menentang
Aku takut ia akan meradang
Kau tahu aku hanya kuda tunggang
Kehendakku sudah lama hilang
Kau tau aku hanya layang-layang
Tak pernah bebas terikat benang
Tapi sabarlah sayang
Sebentar lagi aku akan pulang

Selamat malam kekasih
Maafkan membuatmu bosan menanti
Sudah kucoba secepatnya berlari
Tetapi kakiku begitu ringkih
Tubuhku begitu letih
Memaksaku harus tertatih
Sungguh ingin memadu kasih
Bertukar cerita tentang hari ini
Tentang cita cita yang tak pernah kita raih
Membacakan dongeng tentang peri, putri dan para kurcaci
Mengantarkanmu tidur sambil bernyanyi
Membisikikan kata cinta dengan lirih
Bangunlah walau untuk semenit lagi
Biar dapat kupenuhi janji
Yang kuucap sejak pagi tadi
Agar bertambah yakin hati ini
Untukmulah semua perih

Selamat tidur sayang
Sampai ketemu saat fajar menjelang