Memotret waktu



Ujung timur tebet, 20 Agustus 2019

Waktu tidak pernah berhenti menunggu. Ia akan berjalan dan terus melaju. Tidak ada yang tahu kemana waktu akan menuju. Tetapi semua mengerti bahwa ia tidak akan berpaling kepada yang telah lalu.

Saat waktu begitu bergegas pergi, ia tinggalkan kenangan aneka rasa dalam hati dan membuat semua menjadi lebih berarti. Kadang ia menggores jejak pada bersenti dinding bangunan megah yang pernah tiada tanding. Kadang ia menulis cerita pada berjengkal tanah yang termaktub dalam berlembar catatan sejarah. Dan kita mengumpulkannya dalam album foto, rekaman video atau kisah pengantar tidur.

Kita memang begitu senang menghabiskan waktu untuk merekam apa yang waktu tinggalkan. Melawat ke berbagai penjuru dunia. Berdecak kagum atas kejayaan masa dahulu yang telah Tuhan pergilirkan di antara umat manusia. Namun sedikit sekali mengambil hikmah atas itu. Mendaki puncak-puncak dunia. Terpesona dengan fajar yang merona. Terpana dengan temaram senja. Namun sedikit berpikir tentang ayat-ayat Tuhan yang berserak pada keduanya.

Kita yang tercecer hari ini, saat waktu tak bersisa lagi, tidak pernah benar-benar menyadari dan menahami apa yang sedang terjadi. Namun kemudian menangisi semua yang terlewati. Kita tenggelam dalam kenangan atau sibuk membuat kenangan. Padahal kenangan pasti mengecewakan. Seindah apapun ia. Andai lebih lama, lebih cepat, lebih besar, lebih kecil, lebih banyak, lebih sedikit. Demikianlah kekecewaan selalu memayungi kenangan.

Demi waktu yang berjalan, kita dalam kerugian. Kecuali bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk hari esok. Memang kita harus berhenti mencatat dan memotret kenangan dan mulai menulis dan menggambar masa depan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar