Ujung timur tebet, 31 Juli 2022
Pagi melontarnya bangun. Bergegas membasuh badan. Sekedar mencari segar. Hari ini ia sudah sangat tidak sabar. Menyambar ransel dan selembar roti. Segera berangkat dengan wajah sumringah.
Hangat udara di ambang kemarau. Membawanya pergi. Tinggalkan kota di belakang. Lambaikan tangan pada deru kesibukan membosankan. Dihirupnya sekali lagi sebelum melompat dan berlalu.
Sejuk menyambut di hadapan. Ucapkan selamat datang pada jiwa petualang. Kaki kecilnya berjingkrak riang. Nyanyikan lantang mars kebebasan. Seraya ayunkan langkah ringan. Bersiap tenggelam dalam rimbunnya pepohonan. Sekejap hilang ditelan belantara.
Ia bukan petualang. Bukan pula anggota kelompok pecinta alam. Ia cuma bocah kota yang sedang bosan. Bosan dengan bising keramaian. Dengan pekik hiruk pikuk pekak menyesakkan. Ia hanya butuh pelarian. Ia hanya perlu penghiburan. Di tengah hutan dalam pelukan rimba. Di tepian telaga di kaki deras air yang jatuh. Di tepi pantai digoda ujung ombak yang menyentuhnya malu-malu.
Di sana hatinya tenang berharap tak pernah pulang. Tapi ia tahu bahwa tak akan pernah bisa tinggal. Jamban duduknya pasti sangat merindukan pantatnya. Perutnya pasti merintih menagih hidangan cepat saji. Telinganya perlu dimanja hingar bingar celoteh masyarakat urban. Rindunya pada lampu jalan yang temaram. Dengan tirai asap polusi yang menyesakkan. Semua memaksa untuk kembali pulang. Ya, PULANG. Ternyata, kota telah mengikatnya erat.
Video diambil dari youtube (Pulang - Silampukau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar